Pemerkosaan yang Mencederai Nurani
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBKorban pemerkosaan bukan hanya gadis cantik, seksi dan menggairahkan. Anak kecil di bawah umur pun menjadi korban keganasan nafsu seksual manusia.
Tidak habis-habisnya bangsa Indonesia dirundung duka, Hampir sepanjang hari berita di koran, majalah, portal berita internet menampilkan informasi”Mengerikan”. Seperti beruntun dan tak berhenti pada satu peristiwa berita pemerkosaan menjadi sebuah rutinitas, tren, penyentak kegagapan manusia pada moralitas yang semakin sengkarut. Semakin modern, maju, terbuka informasi semakin banyak pula mata telinga melihat dan mendengar ketimpangan di sekitar. Artikel yang saya tulis sebelumnya (Pelecehan Seks di Era Digital) pemerkosaan itu adalah warisan purba manusia. Sejak manusia ada persoalan seks akan selalu hadir . Seksualitas adalah perilaku yang menempel dalam interaksi manusia laki-laki dan perempuan.
Seiring berjalannya waktu, pengaruh psikis, bombardir informasi, pergesekan budaya, kelainan-kelainan genetik yang mempengaruhi perilaku seksual telah mengarahkan manusia menjadi”sadis” bahkan lebih sadis dari pada makhluk lain yang ada di dunia ini. Manusia mempunyai akal tetapi kadang “buta” saat tidak kuat menahan nafsu seksnya. Manusia mempunyai landasan idiologi bernama agama untuk membentengi keimanannya, tapi di tengah masyarakat agamis muncul pemberontakan. Di tengah ketatnya aturan agama muncul percikan-percikan kecil berupa penyimpangan seksual, lama-lama penyimpangan seksual mengalami pembiaran, ditambah dengan situasi masyarakat yang tengah sakit karena belenggu kemiskinan, ketimpangan sosial, miskin figur yang menjadi patron dari perilaku sosial masyarakat.
Ada banyak hal yang akhirnya menjadi berita yang menggegerkan. Pembunuhan sadis dengan cara memutilasi korban namun sebelumnya korban diperkosa dan disiksa hingga menemui ajalnya dengan mengenaskan. Untuk menghilangkan jejak pembunuh perlu upaya praktis untuk membuang jejak kejahatan. Maka dilakukanlah mutilasi agar mayatnya bisa ditaruh entah di koper, di tas plastik dan media lain yang bisa menutup rapat jejak kejahatan.
Kejahatan tingkat “dewa” bermula pada nafsu seksual yang tidak terbendung. Menemui “partner “ dari sekumpulan orang yang sedang gandrung pada media digital, terprovokasi oleh gambar-gambar yang amat mudah dilihat diinternet dan menemui kliennya yang kebetulan adalah manusia tanggung kurang bekal moral, kurang mendapat pendidikan yang membekali generasi muda sekarang dengan penghargaan pada individu, pada harga diri orang lain, lunturnya empati bertumbuhnya individualisme akibat dominasi gawai yang selalu menempel di tangan.
Pemerkosaan menjadi berita sehari-hari, selalu datang dan datang lagi modus yang lebih sadis dari hari hari kemarin. Baru saja kasusnya di Bengkulu, sudah menyusul berita dari Bandung, Yogyakarta, Jakarta dan di mana lagi. Belum terhapus air mata keharuan melihat betapa sedihnya keluarga YY, Muncul berita V(19) dari Manado yang diperkosa sekitar 19 orang, korban pencabulan US yang tidak mendapat pendampingan memadai, NN Gadis dari Cirebon yang digilir oleh lima orang pemuda, serta yang tak kalah hebohnya adalah pemerkosaan yang dilakukan RA(15), R dan IP 3 pemuda di Tangerang yang memperkosa gadis EF (29)yang ditaksirnya dengan cara sadis setelah disetubuhi vaginanya ditusuk dengan gagang cangkul kurang lebih 60 cm tembus ke dalam.
Apa yang merasuki pikiran manusia sampai bisa berperilaku biadab. Apakah semua ini adalah pertanda bahwa dunia tengah sakit. Meskipun secara pencapaian teknologi peradaban mengalami kemajuan pesat tapi di sisi lain jaman seperti kembali ke masa bar-bar dimana hanya ada hukum alam ala binatang Siapa kuat siapa menang siapa yang lebih perkasa dialah yang bisa memperlakukan makluk lain semau –maunya.
Korban pemerkosaan bukan hanya gadis cantik, seksi dan menggairahkan. Anak kecil dibawah umur pun menjadi korban keganasan nafsu seksual manusia.
Lalu apakah ada korelasi pelaku pemerkosaan adalah orang yang berpendidikan rendah? Belum ada penelitian yang memperkuat alibi tersebut tapi dari bacaan-bacaan, artikel-artikel yang penulis baca kebanyakan pemerkosa adalah mereka yang akrab dengan minum-minuman keras, pemakai narkoba dan penikmat Film Porno, atau orang yang mempunyai keterbelakangan pergaulan serta penyimpangan perilaku. Serta yang tidak kalah pengaruhnya adalah karena lingkungan yang mendukung terjadinya pemerkosaan.
Pemerkosaan hak, pemaksaan kehendak atas orang lain adalah pelanggaran hak asasi manusia. Pemaksaan itu mencederai nurani, pemaksaan yang berakhir dengan melayangnya nyawa seseorang sudah masuk dalam kejahatan kemanusiaan, ditambah dengan penyiksaan-penyiksaan adalah sebuah peristiwa luar biasa yang susah diterima nalar dan akal sehat. Pengikisan dampak munculnya pemerkosaan itu adalah keterbukaan . Menerima sex sebagai bagian dari denyut nadi manusia, memahami seksualitas sebagai hubungan relasi laki-laki dan perempuan yang sama kedudukannya di hadapan Yang Maha Pencipta.
Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
0 Pengikut
Sidang MK Panggung Para Ahli Hukum
Senin, 24 Juni 2019 12:37 WIBKritik dan Menghina Dua Hal Berbeda
Minggu, 16 Juni 2019 05:55 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler